Sabtu, 13 April 2013

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu...

 
Allah yang Maha Mulia berfirman [yang artinya],

"Jikalau kalian tidak menolongnya [Nabi Muhammad], maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, [yaitu] ketika orang-orang kafir [musyrikin Makkah] mengeluarkannya [dari Makkah] sedang dia salah seorang dari dua orang. [Yaitu] ketika keduanya berada dalam gua, di waktu itu [Nabi Muahmmad] berkata kepada sahabatnya, "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepadanya [Abu Bakar] dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya, dan Allah menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah, dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Q.S At Taubah; 40]

Ayat yang agung ini menunjukan salah satu keutamaan terbesar dari sekian banyak keutamaan Abu Bakar Ash Shidiq Radhiyallahu 'Anhu. Allah Subhanahu wa Ta'ala sebutkan eratnya persahabatan Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu dalam sebuah ayat yang khusus, sebagai penegasan keutamaan beliau yang tidak dimiliki oleh sahabat yang lain. Seandainya beliau tidak memiliki keutamaan selain yang disebutkan dalam ayat ini, cukup bagi beliau untuk menikmati kekalnya keindahan persahabatan dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di surga. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdabda [yang artinya], "Abu Bakar sahabatku, yang menenangkan jiwaku ketika di dalam gua [Tsur]." Masya Allah.

Nama dan nasab beliau secara lengkat adalah Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah 'Utsam bin Amir bin Kaab bin Sa'd bin Taim bin Murah bin Ka'b bin Luay Al Qurasyi At Tamimi. Terkenal dengan nama Abu Bakar Ash Shiddiq. Ibunda beliau adalah Ummu Al Khair Salma binti Amir, yaitu sepupu ayahanda beliau. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada kakek keenam.

Beliau dikenal juga dengan nama 'Atiq yang artinya terbebaskan. Menurut sebagian riwayat, hal ini karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Sallam bersabda ketika melihat beliau, "Siapa yang ingin melihat orang yang terbebas dari neraka, lihatlah orang ini." Sebagian ulama lain mengatakan bahwa sebutan ini dikarenakan 'ataqah [keelokan] wajah beliau. Adapun gelar Ash Shidiq beliau sandang karena beliau selalu dan segera membenarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam seluruh apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tanpa terkecuali. Saat kaum musyrikin mengingkari kisah Isra', beliau [Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu] membenarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Saat para shahabat lain pada awalnya kurang bisa menerima butir-butir perjanjian Hudaibiyah, Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiyallahu 'Anhu tetap kokoh bahwa apapun dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah kebenaran. Ya, dikarenakan hal inilah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam marah ketika ada seorang shahabat yang terlibat sengketa dengan Abu Bakar. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda [yang artinya], "Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai Rasul di antara kalian. Kemudian kalian mengatakan 'Engkau dusta' sedangkan Abu Bakar mengatakan 'Engkau benar', Abu Bakar telah membantuku dengan jiwa dan hartanya, apakah kalian akan meninggalkan shahabatku ini?" MasyaAllah, Rasul pun membela dirinya.
Beliau terlahir ke alam dunia, medan tempaan dan ujian ini, dua tahun enam bulan setelah tahun gajah, dua tahun lebih muda daripada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Pada zaman jahiliah, beliau adalah pedagang kaya, dermawan lagi baik pada sesama, seorang yang dicintai kaumnya, memiliki kedudukan, dan termasuk jajaran pemuda Quraisy. Beliaulah yang dipercaya dalam hal diyat, yaitu pengurusan denda pada kasus pembunuhan atau melukai orang. Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu bersahabat dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sejak sebelum beliau diangkat menjadi Nabi. Maka beliaupun mendapatkan dahsyatnya berbagai intimidasi dari musyrikin Quraisy pada awal Islam. Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu 'Anha, putrinya, berkisah bahwa ia pernah melihat siksaan musyrikin Quraisy terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang sangat hebat. Maka datanglah Abu Bakar dan berkata, "Apakah kalian akan membunuh orang karena ia mengatakan, 'Rabb-ku adalah Allah?' Padahal telah datang bukti-bukti kebenarannya dari Rabb kalian." Maka segera mereka berpaling dan memukuli Abu Bakar. Demikianlah keimanan yang telah terpatri kokoh dalam jiwa. Kemuliaan di mata manusia tak ia pedulikan, gemerlap kemewahan dunia tak ia hiraukan, keselamatan jiwa raga tak ia indahkan, demi mempertahankan hidayah yang tak terbeli, meraih keutamaan abadi, bersanding dengan Nabi di alam abadi. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda [yang artinya], "Ya, aku mengharap engkau termasuk orang yang dipanggil dari seluruh pintu surga, wahai Abu Bakar." Adakah harapan yang lebih terwujud dari harapan seorang Nabi? Apalagi beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menegaskan, "Abu Bakar di surga." Allahu akbar.

Abu Bakar selalu mendampingi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam semasa hidup beliau, berkhidmat dan berkorban dengan segala yang ada; harta. bahkan jiwa, untuk mendukung dakwah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Acuh, tanpa peduli dengan dunia. Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'Anhu mempersaksikan, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah memerintahkan kami untuk bersedekah. Pada saat itu kebetulan aku memiliki harta. aku berkata pada diriku, 'Apabila sehari saja aku bisa mengungguli Abu Bakar, maka itu adalah hari ini. Akupun membawa separuh hartaku. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda [yang artinya], 'Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? 'Sejumlah sama dengan yang aku sedekahkan ini, ya Rasulullah.' jawabku. Tidak lama, datanglah Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, "Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab, "Aku tinggalakn Allah dan Rasul-Nya untuk mereka." Aku pun mengatakan, "Demi Allah, aku tidak akan mampu mengunggulinya selama-lamanya."

Kecintaan Abu Bakar kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya, telah mendarah daging, tak terpisahkan dengan jiwanya. Dalam medan perang beliau selalu melindungi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, menjadi tameng untuk kekasihnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun bersabda [yang artinya], "Manusia yang paling berjasa dalam persahabatan dan bantuan hartanya adalah Abu Bakar. Sendainya aku menjadikan khalil [kekasih] selain Allah, pasti aku akan memilih Abu Bakar." MasyaAllah. Ya Allah kumpulkanlah kami bersama mereka di surga-Mu.

Kesabaran dan kearifan Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu sangat nampak saat menghadapi musibah terbesar dalam beliau, yaitu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam wafat, saat shahabat yang lain terguncang hebat, hingga sebagian tidak mampu menguasai diri. Dikisahkan, saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam wafat, Abu Bakar memeluk beliau sambil menangis, kemudian keluar menemui kaum muslimin dan mengatakan, "Wahai sekalian manusia, siapa yang menyembah Muhammad, seseungguhnya Muhammad telah wafat. Tatapi siapa yang menyembah Allah, sungguh Allah Maha Hidup tidak akan mati." Kemudian beliau membacakan ayat [yang artinya],

"Muhammad tiu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh, kalian akan berbalik ke belakan [murtad]?"

[Q.S Ali Imran; 144].

Kaum musliman yang terpukul karena kematian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ini tercenung, seolah-olah belum pernah mendengar ayat ini sebelumnya. Maka kemudian tidak seorangpun kecuali membaca ayat ini.

Karena kepribadian mulia yang tercermin dari penggalan-penggalan cerita di atas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun mempercayakan urusan agama ini kepadanya, seperti memimpin rombongan haji tahun 9 hijriah, mengimami shalat ketika beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sakit, hingga ketika datang seorang perempuan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang beliau memerintahkan agar wanita tersebut kembali lagi menemui belaiu. Wanita tersebut mengatakan, "Ya Rasulullah, bagaimana jika engkau tidak ada -seolah-olah wanita tersebut memaksudkan seandainya beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam wafat-?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Apabila engkau tidak mendapatkanku, maka temuilah Abu Bakar." Berdasarkan hadits inilah, Imam Syafi'i mengatakan bahwa ini adalah dalil yang menunjukan kekhalifahan setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu.

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu mengemban kekhalifahan selama dua tahun lebih sekitar tiga bulan. Beliau melaksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Beliau Radhiyallahu 'Anhu memerangi orang-orang murtad, beliau pula yang memerangi orang-orang yang tidak mau membayar kewajiban zakat, hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala menampakkan kemuliaan agama-Nya.

Di antara sekian banyak keutamaan Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu yang lain adalah pengumpulan Al Quran yang pertama, sebelum dikumpulkan kembali oleh Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu. Masya Allah..

Abu Bakar Ash Shiddiq wafat pada usia yang ke 63, sama dengan kekasihnya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Saat beliau sakit menjelang wafat, dikatakan kepada beliau, "Apakah sudah ada dokter yang memeriksamu?" "Sudah." Jawab beliau. Kemudian beliau ditanya, "Apa katanya?" Ia menjawab, "Allah Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya." [Q.S Al Buruuj; 16]

Demikian tawakal penuh beliau kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tawakkal yang muncul dari keimanan dan ketaqwaan yang mencapai tingkatan tertinggi dari kalangan umat ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhai beliau.

Saudaraku kaum muslimin, semoga Allah selalu menjaga kita semua, membaca dan merenungi keutamaan shahabat yang mulia ini tidak habis-habis dan tidak akan bosan. Namun, pada lembaran yang terbatas ini, semoga bisa menyampaikan ibrah keteladanan dari pribadi-pribadi para shahabat. Akhrinya, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengumpulan kita dengan mereka di surga-Nya kelak Aaminn. Allahu a'lam. [farhan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar