Jumat, 12 April 2013

Jangan terjatuh dua kali pada lubang yang sama.

Ibarat laut, pasang surut keharmonisan rumah tangga adalah hal biasa. Kadang jalianan cinta begitu erat dalam jiwa. Namun ada kalanya kendur, cinta serasa hampa tak bermakna. Saat seperti inilah masing-masing harus cerdas dan peka. Kemudian segera mengambil sikap untuk kembali merajut asa. Jangan biarkan celah bagi syaithan untuk mengambil perannya. Agar jarak yang tadinya menganga, hilang tergantikan bahagia.

Sajatinya, walaupun saat sengketa, suami istri tetap harus selalu memastikan bahwa masih ada cinta. Sengketa yang masih dalam batas kewajaran, hanyalah sebagai warna yang menghiasi perjalanan bahtera. Yang semakin menjadikan mereka bertambah dewasa. Bagi masing-masingnya, akan menguji sejauh mana kasing sayang dan kesetiaan pada pasangannya. Juga akan menempa kesabaran dan keimanan mereka. Betapa bersandar kepada Allah adalah solusi dari segalanya..

Sekaligus mengingatkan, bahwa sebesar apaun kebahagiaan, bila kaki masih berpijak di alam dunia, kekeruhan yang mengotori akan pasti ada. Ya, di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Toh keluarga manusia paling mulia, keluarga Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun tak lepas dari angin cobaan yang menerpa. Namun sekali lagi bagi kita, yang terpenting adalah bagaimana menyelesaikan segala problema sesuai bimbingan agama, serta mengambil pelajaran darinya.

Ya. Muslim yang baik adalah mereka yang bisa mengambil ibrah dari setiap detik alur kehidupannya. Dalam sengketa rumah tangga, ia tidak akan terjatuh pada kesalahan yang sama. Memang, pengalaman adalah guru yang terbaik. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda [yang artinya],

"Seorang mukmin tidak akan tersengat binatang berbisa dua kali pada lubang yang sama."

[Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu]

Kemudian akan tersimpulkan baginya, bahwa sebab pertikaian kurang lebih adalah sebagai berikut;

1. Tergesa-gesa dan suudzan.

Sikap buru-buru, terlalu mudah menilai buruk tanpa mencari kejelasan terlebih dahulu adalah faktor besar yang menggunjang bahtera. Awal konflik biasanya muncul dari titik ini. Maka setiap ada yang kurang sreg pada diri pasangan, hendaknya dibangun pada asas husnudzan [baik sangka]. Lalu komunikasikan dengan baik dan santun.

2. Salah paham dan tidak saling terbuka.

Apabila pintu ini terbuka, maka berbagai masalah akan mudah sekali masuk. Perkara yang sebenarnya bukan masalah pun bisa menjadi kendala. Akibatnya, masalah inti semakin kabur. Bertambah ruwet dan semakin sukar diurai. Sebelum itu semua terjadi, cobalah rendah hati pada belahan hati. Masing-masing harus terbuka, sampaikan setiap ganjalan apa adanya. Dari sini kebekuan hati akan mencair. Kabut hitam yang menyelimuti pun akan berangsur pudar.



3. Tidak saling memahami.

Semestinya masing-masing suami istri memahami keadaan pasangannya. Yaitu sebagai manusia yang tak lepas dari salah dan lupa, penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Maka ketika khilaf dan tersalah, jangan langsung dianggap sebagai pendosa. Tapi lihatlah kesalahannya dan kenapa bisa terjadi. Jangan-jangan kita sendiri sebagai pemicunya. Maka berikan udzur dan maaf sebesar mungkin. Kita pun tahu, hanyalah ibadah agung taubat dan istighfar itu bagi mereka yang bersalah. Ya, manusia terbaik bukan mereka yang tak pernah berdosa. Tetapi mereka yang sentiasa berbenah dan kembali kepada-Nya.

4. Tidak saling mengalah dan cenderung memaksakan keinginan sendiri.

Orang yang egois tidak akan memperdulikan  kepentingan orang lain. Bahkan cenderung menelantarkan hak mereka. Apabila suami atau istri memiliki sifat ini, nyaris bisa dipastikan bahwa benturan akan terjadi. Bagaimana tidak, suami istri adalah jalinan sehati. Ikatan ta'awun dan bahu membahu dalam mewujudkan kemashlahatan bersama. Maka mutlak diperlukan sikap saling mengalah demi kepentingan bersama.

5. Tidak komitmen menjalankan agama.

Inilah sebab terbesar terguncangnya sebuah bahtera. Ketika masing-masing tidak peduli dengan batasan agama, menutup mata terhadap berbagai pelanggaran yang ada, maka bahtera tidak akan sampai kepada tujuannya. Bisa terdampar, atau bahkan hancur sebelum berlabuh di dermaga. Ingat, hanylah tempat tujuan itu adalah kehidupan setelah dunia. Selamat dan berbahagia di akhirat sana.

Demikianlah di antara sebab munculnya perselisihan dalam keluarga. Pada intinya, dalam setiap sengketa pasti ada sebabnya. Inilah tugas masing-masing untuk memecahkan dengan mencari jalan keluarnya. Untuk kemudian tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan ikhlas mengharap ridha Allah, insyaAllah semua akan mudah dan dimudahkan.

Allah a'lam. Barakallahu fiikum... [farhan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar