Jumat, 12 April 2013

Maafkan bunda sayang....

Saat badan atau pikiran terasa lelah, emosi sering tak terkendali. Melihat anak-anak berbuat ulah, tak jarang orang tua terpancing untuk marah. Si anak langsung terlihat surut, kepalanya menunduk. Mulutnya terkatup, menahan agar suara tidak keluar. Matanya mulai memerah. Tak lama air matanya pun tumpah. Kalau sudah begini, orang tua jadi serba salah. Keliru mengambil langkah, bisa membuat keadaan bertambah parah.

Kondisi seperti ini mungkin pernah kita alami. Mungkin di lain waktu, kita lupa memenuhi janji terhadap mereka. Atau tanpa sengaja kita buang mainan kesukaan mereka.

Disadari atau tidak, saat seperti itu, kitalah yang bersalah. Tak sedikit orang tua yang gengsi atau merasa berat untuk minta maaf kepada anak. Entah karena mereka masih kecil, sehingga dianggap belum memahami arti maaf. Atau karena alasan lain. Namun sejatinya, walaupun berat, orang tua tetap harus melakukannya. Karena di samping untuk melatih anak supaya terbiasa meminta maaf dan memaafkan, tentunya kesalahan orang tua tetaplah suatu kesalahan yang harus diperbaiki. Walaupun terhadap anak sendiri.

Juga harus diingat, bahwa maaf tak sekedar mengucapkan kata maaf. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

1. Minta maaf dengan tulus.

Sebagaimana meminta maaf terhadap orang dewasa, terhadap anak-anak pun harus kita lakukan dengan tulus. Jangan beranggapan hanya sebagai formalitas saja. Karena walaupun masih anak-anak, mereka bisa melihat dan membedakan sikap kita. Yang pad akhirnya, mereka akan meniru dari kita.

2. Meminta waktu.

Apabila kita merasa belum bisa mengendalikan emosi, sebaiknya kita tinggalkan mereka sebentar. Berusaha menenangkan pikiran. Saat suasana sudah tenang, hampiri mereka dan ucapkan maaf. Sampaikan bahwa kita adalah manusia biasa yang bisa saja berbuat salah. Yang demikian lebih bisa mereka terima dari pada kata maaf yang kita ucapkan saat masih dalam keadaan marah.



3. Adil dalam melihat masalah.

Orang tua harus jeli dalam melihat masalah. Jangan terburu-buru menghukumi si anak yang bersalah sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Misalnya langsung menyalahkan kakak karena adik menangis, sambil mengatakan bahwa kakak memukulnya. Padahal sebenarnya kakak memukul adik karena adik tiba-bita merobek buku kakak. Mestinya orang tua menjelaskan dengan baik kepada kakak bahwa adik belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Maknya kakak tidak boleh langsung memukul adik. Sikap seperti ini lebih bisa mereka terima dan mengerti. Tidak langsung menyalahkan tanpa mau tahu keadaan sebenarnya. Karena hal itu akan membuat anak terpojok dan merasa orang tua tidak berbuat adil terhadapnya.

4. Jangan menyalahkan.

Saat meminta maaf, hindari kata-kata yang sifatnya menyalahkan mereka. Misalnya, "Nak, ibu minta maaf ya, kalau kamu tadi tidak rewel, mungkin ayah tidak lupa membelikan es krim." Ketika mendengarnya, bisa jadi anak akan berpikiran bahwa walaupun minta maaf, tapi ibu tetap membenarkan sikap lupanya. Dan tetap menyalahkan anak. Akhrinya hati anak menjadi dongkol. Alah lebih baik akibatnya kalau saat itu si ayah hanya meminta maaf atas tindakannya, sekaligus mengakui kesalahannya. Di lain waktu, saat pikiran mereka lebih rileks, kita bisa tanamkan agar mereka jangan suka rewel.

5. Mencari solusi bersama.

Setelah meminta maaf, kita bisa ajak mereka untuk mencari penyelesaian. Hal ini sebenarnya tidak sekedar menghindari kesalahan kita. Tetapi juga bisa membuat mereka berpikir lebih dewasa, sekaligus akan merasa lebih dihargai. Ajak mereka untuk membuat kesepakatan bersama misalnya. Sehingga orang tua dan anak bisa menjaga dan menanggung resiko bersama atas kesepakatan tersebut.

6. Berusaha untuk tidak mengulangi.

Kesalahan yang terjadi, tidak sekedar diakui tapi juga harus dihindari. Demikian pula kesalahan kita terhadap anak-anak. Walaupun saat diperlukan terkadang orang tua perlu bertindak tegas terhadap anak, namun jangan sampai sikap terlampau tegas menghilangkan kelembutan dalam mendidik mereka. Oleh karena itu, sebagaimana kita meminta mereka untuk tidak mengulangi kesalahan, kita pun harus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan kita.

Wallahu a'lam. Barakallaahu fiikum.. [Ummu 'Umar]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar