Jumat, 12 April 2013

Sekilas tentang kitab Shahih Muslim....

Al Ustadz Abu Abdirrahman Hammam.
 
Dalam Islam, setelah kitab Al Quran, ada kitab-kitab hadits sebagai sumber rujukan ilmu yang meriwayatkan ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Para ulama dahulu dan sekarang telah bersepakat bahwa kitab yang paling dipercaya setelah Al Qur'an adalah kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Kali ini akan dibawakan sedikit tentang kitab Shahih Muslim.
 
Shahih Muslim, demikian kitab ini dikenal oleh kaum muslimin. Nama asli kitab ini adalah Al-Musnad As-Shahih Al-Mukhtashar Minas -Sunan Bin-Naqli Al-'Adl 'Anil 'An Rasulillah. Dalam bahasa kita kurang lebih maknanya "Hadits shahih yang bersambung rantai sanadnya. Teringkas dari hadits-hadits [yang sangat banyak], dari penukilan orang-orang yang terpercaya, sampai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam."
 
Kitab ini ditulis oleh Imam Muslim. Nama lengkap beliau Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi An Naisaburi. Beliau berkunyah Abul Hasan. Berliau berasal dari negeri Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah Rusia. Al Imam Dzahabi menyebut beliau muhsin Naisaburi yang banyak memberikan kebaikan, atas prestasi dan kesungguhan beliau bagi Islam dan kaum muslimin.
 
Shahih Muslim memuat hadits-hadits shahih yang merupakan saringan dari sejumlah 300.000 hadits yang dihafal dan dianggap shahih oleh Al Imam Muslim. Dari sejumlah besar hadits itu, beliau memilih 3030 hadits, atau dalam pendapat lain 4000 hadits tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan pengulangannya berjumlah sekitar 10.000 hadits.
 
 
 
 
Dengan penuh kesungguhan, beliau menulis kitab Shahih ini selama 15 tahun. Imam Muslim telah mengerjakan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan, serta membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Beliau sangat teliti dan hati-hati dalam memilih lafazh-lafazh hadits yang ingin beliau cantumkan. Lebih dari itu, beliau memberikan isyarat perbedaan antara lafazh tersebut. Maka akhrinya lahirlah kitab Shahih ini.
 
Tentang ketelitian beliau ini, tersirat dari ungkapan beliau sendiri, "Tidaklah aku mencantumkan sebuah hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan. Tidak pula aku menggugurkan suatu hadits, melainkan dengan alasan pula." Demikianlah. Sebuah kitab agung, luas dan dalam kandungan maknanya. Seolah laut lepas tak bertepi. Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan kebahagiaan beliau, "Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama 200 tahuh, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad [shahih] ini."
 
Kitab Shahih Muslim memiliki karakteristik tersendiri, berbeda dengan metode Imam Al Bukhari. Imam Muslim tidak mencantumkan judul-judul dalam setiap pokok bahasan untuk menegaskan pelajaran yang terdapat dalam hadits yang beliau sebutkan. Namun, beliau lebih memilih untuk menyebutkan tambahan-tambahan lafazh pada hadits pendukungnya. Sehingga, dalam menuliskan satu hadits pokok, beliau tambahkan hadits-hadits penguat lain untuk menjelaskan kandungan ilmu dari hadits tersebut. Sederhananya, beliau ingin menjelaskan hadits dengan hadits yang lain.
 
 


Adapun Imam Bukhari, beliau menyebutkan judul bab untuk menyebutkan kandungan hadits, tanpa menyebutkan hadits penguatnya. Imam Al Bukhari memotong hadits sesuai dengan tema bab. Sementara Imam Muslim menuliskan satu hadits secara utuh. Sehingga, kita akan sering menemui pengulangan satu hadits dalam Shahih Al Bukhari. Walaupun dua kitab ini berbeda dalam sistematika penyusunannya, namun Imam Muslim banyak terpengaruhi oleh metode penulisan gurunya, Imam Bukhari.

Para ulama berbeda pendapat mana yang lebih unggul antara Shahih Muslim dengan Shahih Bukhari. Kebanyakan ahli hadits berpendapat bahwa Shahih Bukhari lebih unggul. Sedangkan sejumlah ulama lain lebih mengunggulkan Shahih Muslim. Hal ini menunjukan perbedaan tipis antara dua kitab shahih tersebut. Dalam sistematika penulisan, Imam Muslim lebih unggul. Namun, dari segi ketatnya syarat keshahihan, Shahih Al Bukhari lebih utama. Yang jelas disepakati, bahwa kedua kitab hadits shahih ini sangat berperan dalam standarisasi bagi akurasi akidah, syariah fiqih, dan semua bidah ilmu dalam Islam.

Namun yang harus dicatat, bahwa Shahih Bukhari dan Shahih Muslim tidaklah memuat semua hadits shahih. Al Imam Bukhari hanya memasukan sebagian hadits shahih yang beliau hafal. Adapun Al Imam Muslim, beliau menegaskan bahwa beliau hanya menyusun hadits-hadits populer di kalangan ulama dan disepakati keshahihannya. Sehingga, masih banyak hadits yang shahih di luat kitab shahih tersebut.

Kiranya, cukuplah kesepakatan umat, bahwa kedua kitab tersebut adalah kitab paling shahih di bawah kolong langit setelah Al Qur'an sebagai keistimewaan tersendiri dari dua kitab ini.

Referensi;

1. Al Mandhumah al Baiquniyyah.

2. Taisir Musthalahil Hadits Al Ba'itsul Hatsits.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar