Sabtu, 13 April 2013

Sedikit tentang Imam Bukhari....

Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibnul Mughirah al Ju'fi al Bukhari. Beliau lahir di Bukhara tahun 194H. Dan beliau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Imam Bukhari adalah orang yang sangat berhati-hati dalam mencari rizki, selain itu juga, beliau adalah orang yang sangat berhati-hati dalam masalah dosa. Sesuatu yang dianggap orang lain ringan, tapi di hadapan beliau adalah perkara yang bisa membinasakan. Sebagaimana kita dapati dari sejumlah fragmen dari perikehidupan berikut ini.

"Maafkan kau wahai Abu Ma'syar!" Pinta Imam Bukhari kepada salah satu murid beliau yang buta.

"Apa salahmu?" Kata Abu Ma'syar Adh-Dharir.

"Aku pernah membacakan riwayat hadits. Ketika pandangan mataku tertuju padamu, aku mendapati seakan engkau begitu takjub dengan riwayat itu, sehingga kepalamu kau goyang-goyangkan, begitu juga kedua tanganmu. Aku tersenyum geli melihat tingkahmu wahai Abu Ma'syar." kata Imam Bukhari.

"Engkau aku maafkan, wahai Abu Abdillah. Semoga rahmat Allah selalu terlimpah untukmu." Jawab Abu Ma'syar.

Seorang muridnya mengisahkan, bahwa suatu ketika Imam Bukhari berada di dalam masjid. Terlihat oleh beliau seorang lelaki sedang mengibaskan jenggotnya. Rupanya ia sedang berusaha mengenyahkan benda kecil yang tersangkut di bawah bibirnya. Benda kecil itu pun jatuh bebas di lantai masjid. Hati Imam Bukhari begitu cemburu dengan sikap tidak adil lelaki tadi. Kenapa ia tidak menjaga kehormatan rumah Allah, sementara jenggotnya ia jaga sedemikan rupa? Aku lihat Imam Bukhari menatap tajam benda kecil yang tergeletak sambil mengamati kondisi sekitar. Nampak sekali bahwa ia ingin mengambil denga itu tanpa diketahui manusia. Ketika kesempatan datang, dengan cepat ia sambar benda itu lalu disimpan sementara di salah satu kantong bajunya. Ketika beliau keluar, barulah benda itu ia buang.


Beliau juga sangat berhati-hati dan jauh dari ghibah, yakni memperbincangkan kejelekan saudaranya. Beliau berkata, "Sejak aku tahu ghibah itu perkara yang diharamkan, aku belum pernah sekalipun berbuat ghibah. [Semoga] Di akhirat kelak, aku tidak punya musuh yang mengadukan diriku di hadapan Allah atas kezalimanku."

Adapun kritikan dan penilaian negatif yang beliau sebutkan dan beliau nukil dari ucapan para imam atas sejumlah perawi hadits, maka itu adalah bentuk pembelaan terhadap Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dengan itu, terjagalah hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Suatu hari beliau keluar bersama sahabat-sahabatnya untuk berlatih memanah. Dalam hal itu, Imam Bukhari adalah orang yang sangat mahir tiada tanding. Al Warraq menuturkan, "Selama aku berteman dengannya, belum pernah aku mendapati anak panah yang melesat dari busur beliau meleset dari sasaran kecuali sekali. Tidak, bahkan bidikannya selalu tepat sasaran dan ia belum pernah terkalahkan."

Memanah adalah olah raga ketangkasan yang sangat dianjurakan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Demikian pula berkuda dan berenang. Oleh sebab itu, walaupun bukan ciri khas ulama, namun karena gelora untuk mengamalkan hadits yang telah beliau ketahui, Imam Bukhari sangat gemar menunggang kuda lalu pergi ke tanah lapang untuk berlatih memanah.

Abu Ja'far berkata lagi, "Saat kami di Firabra, kami pernah menunggang kuda untuk memanah bersama Al Bukhari. Kami berhenti di gerbang masuk menuju pelabuhan [sungai Waradah]. [Mulailah kami membidik sasaran]. Anak-anak panahpun melesat dari busur-busur kami. Dan anak panah Imam Bukhari tepat mengenai tali pancang jembatan yang membentang di atas sungai. Tali itu pun terbelah. Seketika itu beliau turun dari tunggangannya lalu mencabut anak panah itu dari tali pancang yang sudah terbelah. Dan beliau sudahi pertandingan itu."


"Mari kita pulang!" Ajak beliau kepada rekan-rekannya. Kami pun pulang bersamanya ke tempat tinggal kami.

"Aku butuh bantuanmu wahai Abu Ja'far!" Kata Imam Bukhari.

"Sampaikanlah, aku akan bantu!" Jawab Abu Ja'far.

"Perkara penting dan berat wahai Abu Ja'far!" Ujar beliau sambil mengela nafas panjang.

"Pergilah bersama Abu Ja'far, agar kalian bisa membantunya menunaikan permintaanku ini." Tambahnya.

"Apa gerangan wahai Imam?"

"Kau jamin bisa tunaikan permintaanku?"

"Ya, aku jamin!"

"Wahai Abu Ja'far, pergilah kepada pemilik jembatan itu! Beritahukan bahwa kita telah merusak salah satu tali pancangnya, oleh sebab itu mintalah izin kepadanya agar kita memperbikinya atau kita beri dia ganti rugi."

Ketika sampai kepada pemilik jembatan, yang ternyata adalah Humaid bin Al Akhdhar, ia mengatakan, "Sampaikan salam kepada Abu Abdillah [Bukhari], dan beritahukan bahwa aku telah memaafkannya. Apa yang aku miliki adalah tebusan untuknya."

Maka aku sampaikan pesan dari Humaid kepada Imam Bukhari. Seketika itu wajahnya berseri dan menampakan kegembiraan yang luar biasa. Sehingga pada hari itu, beliau membacakan 500 hadits kepada para pencari hadits dari luar Bukhara dan bersedekah 300 dirham.

Semoga bemanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar